Kesalahan Di Dunia Kedokteran Modern

13.31
TOTO ONLINEKlinik Inseminasi yang Salah Menggunakan Sperma. Waktu Nancy Andrews, warga Commack, New York, hamil setelah ikuti program vitro fertilization, pasangan suami istri ini sekalipun tidak mengira kalau anak yang dilahirkannya mempunyai kulit dengan warna gelap yang sekalipun tak ada hubungannya dengan ciri fisik mereka.

Kesalahan Di Dunia Kedokteran Modern

Dari test DNA yang lalu dikerjakan diprediksikan sudah berlangsung kekeliruan di mana para dokter di New York Medical Services for Reproductive Medicine secara tidak sengaja memakai sperma dari lelaki lain yang bukanlah milik suaminya dan lalu diensiminasi ke sel telur Nancy.

Pasangan ini tetaplah membesarkan sang bayi Jessica yang lahir pada tanggal 19 Oktober 2004 layaknya seperti darah dagingnya sendiri walau secara genetis sudah berlangsung kekeliruan. Walau demikian pasangan ini tetaplah memperkarakan pemilik klinik itu atas peristiwa yang termasuk malpraktik ini ke pengadilan.

Cangkok Jantung dan Paru-Paru yang Salah

Jésica Santillán, 17 tahun, wafat 2 minggu setelah melakukan cangkok jantung dan paru-paru yang datang dari pasien yang kelompok darahnya berbeda dengannya. Tim dokter di Duke University Medical Center tidak berhasil dalam mengecek kecocokan darah sebelum operasi dilakukan.

Setelah demikian detik operasi transplantasi untuk coba membalikkan kondisi karena kekeliruan fatal itu, Jésica alami kegagalan otak dan komplikasi yang membawanya ke kematian.

Jésica, imigran asal Mexico, tiba di Amerika Serikat tiga tahun sebelum melakukan penyembuhan penyakit jantung untuk menjaga hidupnya. Dengan transplantasi jantung dan paru-paru di Duke University Hospital, Durham,N.C., alih-alih melakukan perbaikan keadaannya, yang berlangsung malah kondisi jadi bertambah jelek.
Jésica, yang bergolongan darah O, menerima organ dari donor yang bergolongan darah A. Kekeliruan fatal ini membuatnya dalam keadaan koma, dan wafat saat usaha para dokter untuk berupaya menggantikannya dengan organ yang cocok tidak berhasil.

Rumah sakit mengklaim sudah berlangsung human-error yang menyebabkan kematian Jesica, selain prosedur yang cacat untuk meyakinkan kompatibilitas transplantasi organ. Kemudian dikabarkan sudah berlangsung perjanjian tertutup pada rumah sakit dan keluarga masalah ini. Tidak seorangpun, baik dari pihak keluarga atau rumah sakit yang ingin memberi komentar atas masalah ini.

Prosedur Invasive Jantung Terbuka, Namun Salah Pasien

Joan Morris (nama samaran), seorang nenek berumur 67 tahun, disuruh bantuannya dalam satu evaluasi dirumah sakit untuk cerebral angiography (pengetahuan tentang darah pada otak). Satu hari sesudahnya, secara tidak berniat dia “terpaksa” dijadikan objek studi tentang invasive cardiac electrophysiology.

Setelah session angiography, pasien ini dipindahkan ke ruang yang lain yang bukanlah adalah ruang aslinya. Kekeliruan yang “direncanakan” berlangsung esok harinya waktu paginya pasien ini dibawa untuk satu prosedur jantung terbuka.

Dia ada diatas meja operasi yang harusnya bukanlah buat dia sepanjang satu jam. Para dokter membuat irisan pada pangkal pahanya, menusuk satu arterinya, menyambungnya ke satu pipa pembuluh lalu ke atas ke jantungnya (satu prosedur yang menyebabkan kemungkinan tinggi terjadinya pendarahan, infeksi, serangan jantung, dan stroke).
Lalu mendadak telephone berdering, dan seorang dokter dari sisi lain ajukan pertanyaan “Apa yang kalian lakukan dengann pasienku?” Tak ada yang salah dengan jantungnya.

Kardiologis yang melakukan prosedur itu mencek data wanita itu dan baru mengerti kekeliruan fatal sudah berlangsung. Studi itu segera distop, setelah rekondisi wanita malang itu pada akhirnya dikembalikan ke kamar aslinya, beruntungya, dalam keadaan yang masih stabil.

Suvenir Sepanjang 13 Inch

Donald Church, 49 tahun, memiliki tumor di perutnya waktu ia tiba di University of Washington Medical Center di Seattle pada bulan Juni 2000. Setelah meninggalkan rumah sakit itu, tumornya hilang – namun satu alat operasi (retractor) jadi menukar tempat tumornya.

Nyatanya dokter yang menanganinya secara tidak sengaja meninggalkan retractor sepanjang 13 inch di perutnya. Hal semacam ini bukanlah peristiwa yang pertama berlangsung di klinik itu.

Empat masalah yang sama pernah berlangsung di klinik yang sama pada tahun 1997 dan 2000. Masih untung, pakar bedah masih dapat mengambil lagi retraktor yang tertinggal itu segera setelah di ketahui.
Akibatnya karena momen ini, Church alami konsekuensi masalah manfaat perutnya. Klinik itu pada akhirnya sepakat membayar Church sebesar US $97. 000 (1 miliar rupiah) sebagai kompensasinya.

Rumah Sakit Salah Posisi Operasi Otak, Untuk Ketiga Kalinya dalam Setahun
Untuk ketiga kalinya dalam tahun yang sama, dokter-dokter di Rhode Island Hospital melakukan operasi pada segi kepala yang salah pada pasien-pasiennya. Yang terakhir berlangsung pada tanggal 23 November 2007.

Seorang nenek berumur 82 tahun memerlukan operasi untuk hentikan pendarahan diantara otak dan tengkorak kepalanya. Seorang pakar bedah syaraf dirumah sakit itu mulai melakukan pembedahan dengan membuat lubang di bagian segi kanan kepala pasien, walau sesungguhnya hasil CT scan memerlihatkan kalau pendarahan berlangsung di bagian segi kiri.

Mujur dokter bedah ini segera mengerti kekeliruannya dan segera tutup kembali lubang operasi yang salah dan mengerjakannya kembali ke segi kiri kepala pasien. Keadaan pasien dilaporkan stabil pada hari Minggunya.
Masalah yang sama disebut-sebut juga berlangsung pada bulan Februari, di mana seorang dokter yang lain juga melakukan operasi pada segi kepala yang salah. Dan pada Agustus, lagi-lagi seorang kakek berumur 86 tahun jadi korbannya, setelah nyawanya tidak terselamatkan akibat operasi pada kepalanya, namun pada segi yang salah dari kepalanya.

Tersadar Waktu Operasi Membuatnya Trauma dan Melakukan Bunuh Diri

Keluarga dari seorang di West Virginia mengklaim sudah berlangsung pembiusan yg tidak cukup saat proses operasi dan menyebabkan sang pasien dapat rasakan tiap-tiap irisan dari pisau bedah dan membuatnya trauma berat. Trauma ini menurut keluarga itu membuat pasien itu melakukan bunuh diri dua minggu lalu.

Sherman Sizemore di kirim ke Raleigh General Hospital di Beckley, W. Va., pada tanggal 29 Januari 2006 untuk dikerjakan aksi operasi sehubungan dengan rasa sakit di perutnya.

Namun, waktu operasi dikerjakan, pasien ini dilaporkan alami fenomena di mana yang dkenal dengan nama anesthetic awareness atau kesadaran sepanjang pembiusan, yang membuat pasien dapat rasakan sakit atau ketidaknyamanan sepanjang operasi berjalan, sesaat dia sendiri tidak dapat bergerak atau melakukan komunikasi dengan dokternya.

Menurut komplain yang diserahkan, anesthesiologis menyuntikkan obat bius pada pasien namun tidak berhasil membuat mati rasa pasien sampai 16 menit setelah irisan pertama di perutnya. Anggota keluarga pasien itu menyampaikan hal semacam itu membuat trauma berat karena sadar waktu tengah dioperasi namun sekalipun tidak dapat bergerak atau mengkomunikasikannya dengan dokter yang pada akhirnya mendorongnya melakukan bunuh diri. 


TOTO ONLINE

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »